Selasa, 21 Juni 2016

Ramadhan, Bapak dan Segelas Es Cendol

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

How's life, people?

Masih puasa kan? Alhamdulillah..

Beberapa hari terakhir saya berbuka puasa dengan penganan enak bernama es cendol. Bagi beberapa orang, hal yang biasa, tapi es cendol buat saya punya cerita tersendiri apalagi kaitannya dengan ramadhan dan alm. bapak.

Ramadhan bersama bapak buat saya adalah 30 hari bersama es cendol, hahahaha. Bapak adalah penggemar berat makanan ini, kalau mama tidak sempat buat, harus beli dari tempat lain. Intinya berbuka puasa bersama bapak sepaket dengan es cendolnya. bosan pasti, tapi sebagai anak harus bisa menerima selera bapak.

Setelah bapak meninggal november 2011 yang lalu, es cendol absen dari meja makan terlebih di bulan Ramadhan. Entah mengapa, apakah karena es cendol susah dibuat, atau karena di tv terlalu banyak es cendol berformalin, atau es cendol yang terlalu "bapak", yang jelas beberapa ramadhan terlewati, setelah bapak berpulang, tanpa es cendol.

Bapak sebenarnya adalah sosok yang perhatian dan sayang keluarga meski tertutupi dari sikapnya yang keras dan tidak sabaran. Menurut ceritanya, ia termasuk orang yang dibesarkan ditengah kehidupan yang sulit dan penuh tantangan. Merantau di usia muda, numpang tinggal dirumah keluarga, dan jadi preman lokal di sudut kota jakarta. Lingkungan yang akhirnya membentuk karakter bapak. Tidak pernah ada ukuran untuk jadi bapak sempurna, tapi bapak, dengan segala sikap dan sifatnya, mengajarkan saya banyak hal. Hal yang pertama bapak ajarkan adalah agama, salah satu yang paling sering dia lakukan (dan yang paling saya ingat) selain jadi imam adalah air wudhu beliau yang dipercikkan ke muka saya untuk membangunkan sholat subuh. Lebih dari itu tentu banyak hal lain tentang bapak, terlalu banyak untuk diceritakan dalam satu postingan.


Masih tentang segelas es cendol, saya teringat satu cerita. Sewaktu bersekolah dulu saya dan bapak pernah singgah di penjual es cendol pinggir jalan. Saya duduk di kursi plastik sambil mendengarkan bapak memesan es cendol, saya sempat mendengarkan ucapan bapak "yang 1 tidak pakai es batu nah". Ketika pesanan datang, saya refleks mengambil gelas es cendol yang dingin plus batu es. Bapak melarang, katanya punya saya yang tidak pakai es batu. Saya protes, "kenapa pak?" bapak cuma jawab singkat "Kan kau amandel, dak boleh minum es".


Happy Father's Day, Bapak... Miss you forever
With love
*C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar